Rabu, 18 Februari 2015
Refleksi Kuliah Pertama Ethnomathematics
Oleh Tita Ayu Kartika (12301241024)
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, M.A
Rabu, 11 Februari 2015
Terdapat berbagai sumber belajar pada mata kuliah
Ethnomathematics, yakni blog http://powermathematics.blogspot.com,
https://uny.academia.edu/MarsigitHrd,
http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-marsigit-ma, dan google.com.
Dalam artikel yang berjudul “Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru Matematika” (diposting pada 11 Februari
2015 di http://powermathematics.blogspot.com), dibahas mengenai seorang murid
yang meminta guru matematikanya untuk memberi siswa lebih dari kebiasaan
lamanya. Di dalam kelas kebutuhan
setiap siswa berbeda-beda. Siswa sebaiknya diberi ruang untuk mengembangkan
minat dan bakatnya. Siswa membutuhkan fasilitas yang bervariasi. Guru sebagai
fasilitator di sekolah harus menjadi kreatif dan inovatif. Pembelajaran di
kelas bukan hanya secara directed-teaching,
namun sebaiknya secara less directed-teaching yakni pembelajaran lebih berpusat pada siswa.
Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan media yang menarik dan menunjang
proses pembelajaran. Elegi ini memberi motivasi pembaca (saya sebagai calon guru) agar selalu
berbenah diri untuk selalu berkembang dan menjadi fasilitator yang dapat
memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Pada
paper berjudul ”Mencari Solusi Mengatasi
Krisis Bangsa Melalui Pendidikan” (diposting di https://uny.academia.edu/MarsigitHrd)
dijelaskan secara rinci berbagai jenis pendidikan di dunia, seperti materialism,
capitalism, hedonism, scientism, dan sebagainya yang
mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Ideologi pendidikan di Indonesia sangat
mempengaruhi arah tujuan bangsa ini. Pendidikan mempengaruhi kualitas SDM
(Sumber Daya Manusia) Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Persaingan antar negara ASEAN akan menjadi sangat ketat. Saya setuju dengan
solusi yang diusulkan oleh Prof. Marsigit, yakni pendidikan dengan Politik dan
Ideologi Pendidikan Demokrasi Pancasila, karena dasar pendidikan adalah
demokrasi pancasila yang sesuai dengan karakter bangsa, serta merupakan
cerminan nilai dan norma yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia.
Pada
paper berjudul “Mathematical Thinking Across Multilateral Cultures”
(diposting di http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-marsigit-ma), dipaparkan
bahwa pemikiran matematika bagi matematikawan di berbagai penjuru dunia dengan
latar budaya yang berbeda. Konteks yang dibahas meliputi budaya Australia,
Inggris, Taiwan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Perbedaan ini yang
menjadikan setiap bangsa memiliki karakteristik pendidikan. Meskipun berbeda,
pada dasarnya matematika bersifat universal, maka dibutuhkan komunikasi dan sharing
ide mengenai matematika, baik skala regional maupun internasional.
Terdapat
berbagai informasi setelah mengetikkan nama Prof. Dr. Marsigit, M.A pada
google.com, salah satunya adalah pidato pengukuhan Prof. Marsigit sebagai guru
besar UNY ke-119. Pidato berjudul
“Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika” itu dibacakan di hadapan
rapat terbuka Senat UNY di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Kamis, 18 April 2013. Matematika dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu dasar, dianggap berperan
besar dalam pengembangan teknologi dan peradaban. untuk dapat mengimplementasikan pendidikan
karakter dalam pembelajaran matematika diperlukan pemahaman tentang makna
karakter, karakter bangsa, matematika dan pembelajaran matematika pada berbagai
dimensi. Pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika dapat dilaksanakan
dengan mengembangkan komunikasi material, komunikasi formal, komunikasi
normatif, dan komunikasi spiritual.
Label:
Ethnomathematics,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Langganan:
Postingan (Atom)