Minggu, 27 Desember 2015
Filsafat Membangun Peradaban Dunia
Berdasarkan
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Dosen
pengampu : Prof. Dr.
Marsigit, MA
Waktu
: 11 November 2015
Prodi
: Pendidikan Matematika S1 UNY
Berikut
adalah bagan yang dibuat selama perkuliahan filsafat pendidikan matematika yang
membahas peradaban dunia.
Obyek dari
filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Keterbatasan dari manusia belum
bisa menyebutkan sifat-sifat dari segala sesuatu yang ada di dunia.
Sebenar-benarnya manusia hanyalah suatu reduksi. Reduksi dari segala apa yang
ada di dunia.
Hidup adalah
interaksi dari yang tetap dan yang berubah. Yang tetap itu adalah takdir,
kematian, orang tua. Yang berubah adalah tentang siapa dirimu, dirimu yang tadi
dan sekarang berbeda, karena telah menembus ruang dan waktu. Struktur dalam
kehidupan, yang ada dan yang mungkin ada. Yang tetap dan yang berubah memiliki
struktur dan hakikatnya masing-masing. Pikiran memiliki sifat, yang tetap dan
tidak tetap masing-masing ada teorinya dan ahlinya. Dunia memiliki
bermilyar-milyar sifat. Dalam filsafat berbagai sifat memiliki ilmunya dan
tokohnya. Filsafat bukan hal yang mengada-ada, namun ada buktinya.
Dalam pikiran
berlaku hukum identitas dimana pikiran konsisten dan koheren. Dalam pikiran
tidak terikat ruang dan waktu, sebaliknya di luar pikiran terikat oleh ruang
dan waktu. Identitas yang pertama berbeda dengan identitas yang kedua karena
perubahan oleh ruang dan waktu.
Spiritualisme
adalah filsafat yang monoisme, kebenarannya hanya satu, yaitu kuasa Tuhan. Isme
menunjukkan pusat. Pusat spiritualisme ada pada Tuhan yang Maha Esa. Koheren
dan konsisten dapat dengan logika berpikir. Berpikir seharusnya didasari dengan
logika dan spiritual. Dalam perlakuannya harus secara rasional.
Berpikir itu
bersifat analitik. Satu ide dengan ide yang lain konsisten. Ciri-ciri berpikir
berbeda, namun direduksi dapat menjadi usaha membangun hidup. Hidup selalu
memilih, bahkan dalam benafas, kita memilih udara yakni oksigen dan bukan
sembarang udara. Pilihan itu yang menunjukkan tujuan hidup seseorang. Mengambil
keputusan berdasarkan pengetahuan baik apriori maupun aposteriori. Pengetahuan
adalah sesuatu yang diketahui dan dapat dibuktikan, berbeda dengan prasangka.
Keputusan harus diambil dengan pikiran jernih tanpa ada prasangka yang belum
dapat dibuktikan kebenarannya.
Ilmu bersifat
sintetik apriori, yang dipikirkan dan dicoba. Sintetik apriori seperti
pendekatan saintifik. Seperti berfilsafat, pikirkanlah pengalamanmu dan
terapkanlah pikiranmu. Problem filsafat adalah apabila ada di dalam pikiran
bagaimana menjelaskan kepada orang lain, jika di luar pikiran pahamilah. Dengan
hati ikhlas dan pikiran jernih kita berfilsafat dalam membangun peradaban
dunia.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (1) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Seperti inikah ilmu filsafat? Sangat rumit!
Posting Komentar