Selasa, 05 Januari 2016

Filsafat, Komunikasi, dan Hidup



Berdasarkan perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika 

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A. 
Waktu : 31 Desember 2015 
Prodi : Pendidikan Matematika S1 UNY
 
Kegiatan perkuliahan pada pertemuan tersebut adalah kegiatan tanya-jawab dari mahasiswa kepada Prof.Marsigit. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat merdeka. Berikut adalah pertanyaan dan jawabannya:

  1.   Saudari Septi Nur Hidayati : “Bagaimana cara mengkomunikasikan materi yang bersifat abstrak kepada siswa?” Cara mengajarkan atau cara mengkomunikasikannya sesuai dengan ruang dan waktu. Artinya, mengajarkan siswa SMP, SD, atau bahkan usia dini tentu berbeda dengan mengajarkan siswa SMA atau perguruan tinggi, karena pembelajaran matematika SMA atau perguruan tinggi bersifat abstrak. Selain itu, dalam pembelajaran perlu memperhatikan learning continuity dan learning trajectory. Diantaranya starting point siswa dalam mempelajari suatu materi dan manfaat mempelajari materi tersebut untuk proses pembelajaran kedepannya. Cara mengkomunikasikan materi yang bersifat abstrak kepada siswa caranya dengan memberdayakan siswa. Sehingga dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi, inisiasi, dan seterusnya. Guru dapat memfasilitasi siswa, bukan mengajari siswa. Fasilitas  misalnya blog dan postingannya. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Hidup adalah kepercayaan, bersifat akuntable dan sustainable. Komunikasi juga akuntable dan sustainable.
  2. Saudari Hernestri Anggraheni : “Apakah mencari identitas juga termasuk berfilsafat?” Orang yang mencari identitas belum tentu dikatakan berfilsafat. Karena berfilsafat itu adalah kegiatan berpikir yang terjadi secara sadar dalam diri seseorang. Sedangkan orang yang mencari identitas itu bisa terjadi secara sadar maupun tidak. Bisa saja, sekarang ini kita secara tidak sadar sedang mencari identitas. Maka ketika mencari identitas tersebut, sebagian orang tidak bisa mengungkapkan terkait identittas dirinya sendiri. 
  3.  Saudari Rizky Cahyaningtya : “Metode pembelajaran yang seperti apa yang tidak mengandung perbudakan siswa?” Metode pembelajaran yang tidak mengandung perbudakan adalah metode pembelajaran yang melayani kebutuhan siswa dalam belajar. Dalam hal ini, pembelajaran yang berpusat pada siswa. siswa terlibat aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan belajar merupakan upaya dari siswa itu sendiri dalam memenuhi kebutuhannya. Sehingga, guru hanya berperan sebagai fasilitator serta mediator, bukan melakukan transfer of knowledge.
  4. Saudari Latifatul Karimah : “Apa ciri-ciri orang yang telah manggapai ruang dan waktu?” Semua yang ada dan mungkin ada menggapai ruang dan waktunya masing. Batu pun menembus ruang dan waktunya. Misalnya, “Kemarin sore, ia duduk di batu itu”. Kalimat tersebut mengandung dimensi ruang. Ketika manusia berdiam diri pun dikatakan bahwa ia menembus ruang dan waktunya. Maka dapat dikatakan bahwa orang yang sukses adalah orang yang berhasil menembus ruang dan waktunya orang tersebut.
  5. Saudari Diyah Wahyu Utami : “Apa yang dimaksud paralogos dan antinomi?” Istilah antinomi pertama diperkenalkan oleh Immanuel Kant. Yang dimaksud antinomi adalah kesalahan para dewa. Maka para daksa sebagian tidak mengetahui kesalahan tersebut. Misalnya guru melakukan kesalahan dalam mengajarkan siswa, dan siswa tidak mengetahui kesalahan tersebut. 
  6.  Saudari Trysilia Ida Pramesti : “Bagaimana filsafat memandang malas?"Malas adalah gejala jiwa. Secara filosofis, malas merupakan potensi. Orang yang malas berarti tidak berhasil menembus ruang dan waktunya. Dengan kata lain, malas berarti tidak mensyukuri dan tidak memahami apa yang terjadi. 
  7. Saudari Kartina Purnama Sari : “Usaha yang seperti apa yang harus kita lakukan agar tidak terjebak oleh mitos?”Mitos itu berstruktur dan berdimensi. Mitos ada yang ringan dan ada yang berat, mitos ada yang sederhana dan ada yang kompleks. Mitos antara orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda. Mitos tidak terlepas dari budaya dan kultur. Mitos itu terbatas dan terletak didalam pikiran kita. 
  8.  Saudari Kholifatun menanyakan, “Bagaimana menghindari mitos?”Mitos tidak selalu bernilai buruk, mitos pun memiliki manfaat. Ketika kita mengikuti suatu pola atau peraturan dimana kita tidak memahaminya, itulah yang disebut dengan mitos. Bagi anak kecil, mereka belajar sebagian menggunakan mitos. Ketika beranjak dewasa, lambat laun mitos tersebut dikurangi dengan berusaha menggapaii logos. Logos itu berartu terus memikirkannya, sedangkan mitos itu berhenti memikirkannya. Namun, ada hal-hal tertentu yang tidak selalu mampu dipikirkan, dan terkadang kita perlu melupakannya yang sesuai dengan ruang dan waktu. Dalam hal ini, melupakan hal-hal yang tidak mengenakkan atau bermanfaat bagi diri kita. 
  9. Saudari Novia Nuraini : “Apakah mempunyai tekad yang kuat terhadap masa depan termasuk mendahului kodratnya?”Dalam menjalani kehidupan, kita membutuhkan keterampilan hidup, yaitu kemampuan menerjemahkan antara doa dan ikhtiar. Menurut sudut pandang psikologi, jika kita termasuk orang yang ambisius atau keukeuh terhadap sesuatu, maka sifat tersebut dapat membuat kita menjadi frustasi atau kecewa ketika kita tidak mampu mencapainya. Maka kehidupan ini berlaku hukum sebab-akibat. Sekarang adalah karena kemarin, dan esok adalah karena hari ini. Maka kehidupan itu bersiklus dan linear, ada saatnya kita bekerja keras, bersabar, menunggu, istirahat, dan lain sebagainya. 
  10.  Saudari Deary Putriani : “Apakah filsafat juga merupakan ilmu agama?" Agama meliputi, mengatasi, membimbing, serta mengarahkan hal-hal yang berkaitan dengan dunia dan akhirat. Sedangkan ilmu filsafat adalah hasil olah pikir manusia. Maka ilmunya itu sebatas dunia dan sedikit menyangkut akhirat. Oleh karena kodratnya manusia adalah terbatas, maka filsafat tidak mampu menjangkau semua yang berkaitan dengan agama. Karena segala yang ada di dunia ini itu bersifat relatif, dan yang absolute adalah hal-hal yang berkaitan dengan agama.
  11. Saudari Fitriana Nurhidayati : “Bagaimana cara menghadapi rekan kerja yang baik di depan kita namun suka menggunjing ketika di belakang?” Untuk menghadapi orang seperti itu, kuncinya adalah pertama menjalin komunikasi, karena komunikasi adalah hal yang sangat penting ketika kita berinteraksi dengan orang lain. Kedua melakukan pendekatan sesuai dengan struktur dimensi yang hierarkis, meliputi formal, normatif, spiritual.

Belajar bukan hanya ilmu duniawi, namun juga belajar spiritual. Banyak tuntunan agama yang sebaiknya diterapkan dalam hidup, baik dalam kehidupan bermasyarakat, pernikahan, dan sebagainya. Dalam kehidupan berkeluarga, usaha dunia akhirat harus bersama-sama diusahakan oleh suami dan istri. Oleh sebab itu, pasangan suami istri berbeda agama dirasa kurang cocok dan kurang tepat dalam kehidupan bermasyarakat beragama. Pernikahan yang ideal adalah pernikahan seagama dan satu keyakninan. Namun itu adalah pilihan hidup masing-masing. Semua itu  mempengaruhi komunikasi. Komunikasi yang sehat maka keluarga menjadi sehat. Ikhlas dalam hati, ikhlas dalam pikir adalah kunci dalam komunikasi dan juga keberhasilan belajar.

0 komentar:

Posting Komentar