Selasa, 12 Januari 2016
Filsafat Matematika dan Pendidikan Matematika
1. Jelaskan
apa yang dimaksud Ontologi Matematika, dan berilah contohnya.
Jawab: Dalam terjemahan Wikipedia, ontologi berasal dari
bahasa Yunani yakni “ontos” berarti ada
dan “logos” berarti ilmu. Ontologis
menyatakan bahwa matematika itu ada. Menurut Marsigit, dkk (2015, 95), ontologi
matematika berusaha memahami keseluruhan dan kenyataan matematika, yaitu segala
matematika yang mengada. Dalam kaitannya dengan matematika, titik pangkal
pendekatan ontologis adalah mencari pengertian menurut akar dan dasar terdalam
dari kenyataan matematika. Berdasarkan pengalaman tentang kenyataan matematika,
memberikan pengalaman konkret bagi diri sendiri mengenai hakekat matematika. memahamai
kenyataan matematika merupakan lingkaran hermenitik antara pengalaman dan
mengada.
Sebagai
contoh, pendekatan ontologi dalam menjawab pertanyaan, Apakah bilangan itu
hanya tergantung pada pemikiran manusia? Bagaimanakah kita menerapkan bilangan
bagi ilmu pengetahuan. Bilangan dan objek matematika lain dapat diketahui
melalui pengalaman dan proses mengada dalam matematika.
2. Jelaskan
apa yang dimaksud Epistemologi Matematika, dan berilah contohnya.
Jawab: Dalam terjemahan Wikipedia, epistemologi berasal
dari bahasa Yunani, yakni “episteme”
berarti pengetahuan, pemahaman, dan “logos”
berarti ilmu. Epistemologi berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan
tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode. Epistemologi menyatakan bahwa semua
pernyataan matematika memiliki tujuan dan menentukan kebenaran. Epistemologi
matematika menjelaskan objek matematika adalah benda pikiran yang bersifat
abstrak.
Menurut Marsigit, dkk (2015, 130), pendekatan epistemologis
dikembangkan agar kita dapat mengetahui kedudukan matematika di dalam konteks
keilmuan. Epistemologi menjamin kepastian dan kebenaran matematika untuk
mengatasi kerancuan dan ketidakpastian.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (0) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Kamis, 07 Januari 2016
Rekaman Perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Berikut
saya lampirkan link untuk mengunduh rekaman perkuliahan mata kuliah Filsafat
Pendidikan Matematika yang dibimbing oleh Prof. Dr. Marsigit, MA di kelas
Pendidikan Matematika A, S1 UNY, tahun ajaran 2015/2016.
Berikut adalah jadwal perkuliahan yang direkam melalui perekam handphone milik saya sendiri, jadi mungkin kualitas suara tidak sebaik alat perekam profesional :
Untuk mengunduh, klik di sini
Untuk mengakses sumber belajar dari blog Prof. Dr. Marsigit, klik di sini
Semoga bermanfaat.
Berikut adalah jadwal perkuliahan yang direkam melalui perekam handphone milik saya sendiri, jadi mungkin kualitas suara tidak sebaik alat perekam profesional :
- Rabu, 16 September 2015
- Rabu, 21 Oktober 2015
- Rabu, 4 November 2015
- Rabu, 11 November 2015
- Rabu, 2 Desember 2015
- Kamis, 31 Desember 2015
Untuk mengunduh, klik di sini
Untuk mengakses sumber belajar dari blog Prof. Dr. Marsigit, klik di sini
Semoga bermanfaat.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi, Rekaman
- (1) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi,
Rekaman
Selasa, 05 Januari 2016
Filsafat, Komunikasi, dan Hidup
Berdasarkan perkuliahan Filsafat
Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit,
M.A.
Waktu : 31 Desember 2015
Prodi : Pendidikan Matematika S1
UNY
Kegiatan
perkuliahan pada pertemuan tersebut adalah kegiatan
tanya-jawab dari
mahasiswa kepada Prof.Marsigit.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut bersifat merdeka. Berikut adalah pertanyaan dan jawabannya:
- Saudari Septi Nur Hidayati : “Bagaimana cara mengkomunikasikan materi yang bersifat abstrak kepada siswa?” Cara mengajarkan atau cara mengkomunikasikannya sesuai dengan ruang dan waktu. Artinya, mengajarkan siswa SMP, SD, atau bahkan usia dini tentu berbeda dengan mengajarkan siswa SMA atau perguruan tinggi, karena pembelajaran matematika SMA atau perguruan tinggi bersifat abstrak. Selain itu, dalam pembelajaran perlu memperhatikan learning continuity dan learning trajectory. Diantaranya starting point siswa dalam mempelajari suatu materi dan manfaat mempelajari materi tersebut untuk proses pembelajaran kedepannya. Cara mengkomunikasikan materi yang bersifat abstrak kepada siswa caranya dengan memberdayakan siswa. Sehingga dalam pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk melakukan refleksi, inisiasi, dan seterusnya. Guru dapat memfasilitasi siswa, bukan mengajari siswa. Fasilitas misalnya blog dan postingannya. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Hidup adalah kepercayaan, bersifat akuntable dan sustainable. Komunikasi juga akuntable dan sustainable.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (0) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Minggu, 27 Desember 2015
Menggapai Harmoni
Berdasarkan
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Dosen
pengampu : Prof. Dr. Marsigit,
MA
Waktu
: 2 Desember 2015
Prodi
: Pendidikan Matematika S1 UNY
Dalam
perkuliahan Prof.Marsigit, dimulai dengan pemberian tes jawab singkat. Dibalik
semua tes terdapat judul atau topik yang tersembunyi. Sebagai contoh, dalam
kehidupan, fatalnya vital adalah doanya orang yang berusaha. Ada bermacam-macam
doa, 1001 cara lebih. Itulah kehidupan. Orang apabila tidak memiliki tujuan dan
hanya mengikuti arus tidak dapat berdiri tegak dan waspada, akan celaka.
Dimensi kita harus naik untuk dapat menyelesaikan permasalahan hidup.
Judul dari
semua pertanyaan yakni Identitasnya kontradiksi dan kontradiksinya identitas.
Segala sesuatu mempunyai kebalikan (kontradiksi) dan dirinya sendiri
(identitas). Seperti awalnya akhir dan akhirnya awal, kuliah akan berakhir dan
pada kuliah terakhir pasti ada awalan. Pada kuliah awalan, ada akhirnya dengan
doa. Itulah salah satu contohnya. Seperti dalam doa pasti ada awal dan akhir.
Hidup itu tidak ada yang terisolasi, pasti semua berhubungan. Tuhan Maha
Berkehendak, kun fayakun. Manusia hanya dapat menjalani hidup masing-masing.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (0) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Filsafat Membangun Peradaban Dunia
Berdasarkan
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Dosen
pengampu : Prof. Dr.
Marsigit, MA
Waktu
: 11 November 2015
Prodi
: Pendidikan Matematika S1 UNY
Berikut
adalah bagan yang dibuat selama perkuliahan filsafat pendidikan matematika yang
membahas peradaban dunia.
Obyek dari
filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Keterbatasan dari manusia belum
bisa menyebutkan sifat-sifat dari segala sesuatu yang ada di dunia.
Sebenar-benarnya manusia hanyalah suatu reduksi. Reduksi dari segala apa yang
ada di dunia.
Hidup adalah
interaksi dari yang tetap dan yang berubah. Yang tetap itu adalah takdir,
kematian, orang tua. Yang berubah adalah tentang siapa dirimu, dirimu yang tadi
dan sekarang berbeda, karena telah menembus ruang dan waktu. Struktur dalam
kehidupan, yang ada dan yang mungkin ada. Yang tetap dan yang berubah memiliki
struktur dan hakikatnya masing-masing. Pikiran memiliki sifat, yang tetap dan
tidak tetap masing-masing ada teorinya dan ahlinya. Dunia memiliki
bermilyar-milyar sifat. Dalam filsafat berbagai sifat memiliki ilmunya dan
tokohnya. Filsafat bukan hal yang mengada-ada, namun ada buktinya.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (1) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Selasa, 22 Desember 2015
Menembus Ruang dan Waktu
Berdasarkan perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Waktu : 4 November 2015
Prodi : Pendidikan Matematika S1 UNY
Perkuliahan diawali dengan tes jawab singkat. Tema tes jawab singkat pada pertemuan tersebut adalah “Menembus Ruang dan Waktu”. Semua soal dalam tes tersebut berkaitan dengan struktur filsafat yang terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu material, formal, normatif, dan spiritual.
Setelah tes jawab, Prof. Marsigit menjelaskan beberapa
jawaban terkait dengan pertanyaan yang diberikan pada tes
jawab singkat. Penjelasan diberikan secara acak dari 50 pertanyaan yang
diberikan, yakni:
- Analitiknya material adalah material. Analitik adalah logika pikir. Ketika diterapkan pada benda-benda, maka analitik tersebut menyangkut banyaknya benda. Benda yang dipikirkan yang dapat dihitung atau dijumlah.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (0) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Senin, 21 Desember 2015
Membebaskan Diri dari Belenggu Mitos
Berdasarkan perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Waktu : 21 Oktober 2015
Prodi : Pendidikan Matematika S1 UNY
Pembelajaran dimulai
dengan tanya jawab. Setelah tanya jawab dibuka sesi tanya jawab untuk
menanyakan hal-hal yang ingin dipelajari. Pertanyaan pertama disampaikan oleh
saudara Tangguh Yudho P: “Bahwasanya
peserta didik yang mengalami kesulitan belajar adalah peserta didik yang
terkendala dalam menembus ruang dan waktu. Secara filsafat bagaimana prosedur belajar tersebut?”
Secara filsafat, ketika peserta didik salah dalam menjawab,
maka salahnya itu juga berarti benar. Hal tersebut ada alirannya, yaitu
falibisme. Aliran falibisme mengungkapkan bahwa sesuatu tidak mutlak benar dan
bisa salah. Aliran tersebut dapat membela kawula muda dari kesemena-menaan
orangtua. Misalnya, siswa SD mendapatkan nilai nol pada tes yang dilakukan oleh
gurunya. Hal tersebut bernilai benar, karena siswa SD belum diberi pengalaman
belajar oleh gurunya. Sehingga salahnya siswa menjawab itu bernilai benar.
Itulah filsafat, dan orang awam tidak mengerti mengenai aliran tersebut. Salah
bernilai benar itu merupakan salah satu metafisik, yang tersembunyi. Semua aliran
filsafat memiliki tokohnya masing-masing. Dengan kata lain, sembunyi dibalik kalimat, penampakan,
atau bahkan dibalik kepribadian seseorang. Dalam jiwa terdapat sifat metafisik, dimana
terkadang dibalik tawa
seseorang yang mendapatkan nilai nol tersembunyi perasaan sedih.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (0) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Selasa, 29 September 2015
Ada dan Mungkin Ada
Berdasarkan
perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Dosen
pengampu : Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Waktu
: 16 September 2015
Prodi
: Pendidikan Matematika S1 UNY
Filsafat adalah
ilmu yang luas. Semua yang ada di muka bumi dapat dikaitkan dengan filsafat.
Filsafat pendidikan matematika meliputi filsafat pendidikan matematika di SD,
SMP, SMA, dan sekolah lainnya. Pendidikan adalah kegiatan. Segala kegiatan
dalam kehidupan sehari-hari ternyata dapat dikaitkan dengan filsafat.
Contoh
sederhana kegiatan yang sehari-hari dilakukan misalnya adalah menggoreng tempe.
Menggoreng tempe memiliki sintax atau langkah-langkah yang harus
dilakukan secara urut dan benar. Terdapat 1000 macam filsafat dari menggoreng
tempe. Urutan atau sintax itu bersifat logika, berlaku hukum sebab
akibat. Filsafat dipelajari dari berbagai kegiatan sehari-hari, setelah itu
baru bisa memfokuskan menjadi filsafat pendidikan matematika.
Perkuliahan
matakuliah ini meliputi kuliah tatap muka langsung, memberikan comment
pada blog http://powermathematics.blogspot.co.id/, dan kuliah online dengan
membaca artikel di internet. Tidak ada memahami filsafat apabila seseorang
tidak mau membaca.
Objek pada
filsafat adalah “yang ada” dan “yang mungkin ada”. Hal-hal “yang ada” dan “yang
manusia ketahui” adalah tak terbatas. Begitu pula hal “yang belum manusia
ketahui”. Namun ada yang berpotensi untuk diketahui. Hal tersebut dinamakan
“yang mungkin ada”. Hal-hal yang diketahui oleh manusia berasal dari wahyu yang
diberikan oleh objek lainnya. Wahyu memberikan pengetahuan pada manusia
lainnya. Metode utamanya adalah komunikasi. Apabila komunikasi tidak berjalan
dengan baik, maka transfer pengetahuan tersebut akan tidak berjalan lancar.
- Label: Filsafat, Matematika, Materi Kuliah, Pendidikan, Refleksi
- (0) Comments
Label:
Filsafat,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Rabu, 17 Juni 2015
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Ethnomatematika
Ethnomatematika dan landasan teorinya
Dalam pendidikan
matematika, Etnomatematika adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara
matematika dan budaya. Hal ini mengacu pada sekelompok luas ide-ide mulai dari
sistem numerik dan matematika yang berbeda, untuk pendidikan matematika
multikultural. Tujuan dari ethnomathematics adalah untuk memberikan kontribusi
baik untuk memahami budaya dan pemahaman matematika, dan terutama untuk menunjukkan
apresiasi dari hubungan antara keduanya.
Etnomatematika berkaitan
dengan etnik, dimana etnik itu sendiri identik dengan suku. Etnik memiliki
sifat unik atau tidak universal sehingga etnik memiliki ciri khas tertentu.
Etnik memiliki pembeda dan merupakan fakta dalam kehidupan nyata. Pembeda
tersebut akan menimbulkan kebiasaan dan hasil. Kebiasaan dan hasil itu yang
selanjutnya akan membentuk budaya atau kultur suatu masyarakat.
Menurut Kant, kriteria
ilmu pengetahuan adalah bersifat sintetik a priori. Etnomatematika akan menjadi
sebuah ilmu jika dipikirkan dengan metodeologi secara ilmiah dan dimaknai
dengan pengalaman sehingga bersifat sentetik a priori.
Objek dari Etnomatematika
adalah kegiatan atau gagasan matematika yang ada dalam masyarakat. Oleh karena
itu, Etnomatemtika dapat menjadi sebuah pendekatan untuk mengatasi masalah
pendidikan dan pembelajaran khususnya dalam matematika. Etnomatematika dapat
menyediakan sumber belajar, kegiatan belajar, pengalaman belajar dan konteks
belajar. Selain itu
Etnomatematika memiliki
dua unsur pembentuk yaitu skema dan isi. Skema adalah wadah (tempat) atau
wujud. Isi merupakan kerangka berpikir, ide-ide, atau teori. Kerangka berpikir,
ide-ide, atau teori perlu suatu wadah agar dapat terwujud. Skema dan isi tersebut
akan menjadi penentu mengenai kebermaknaan (meaningfull)
atau ketidakbermaknaan (meaningless).
Oleh karena itu, skema dan isi merupakan unsur yang saling berkaitan dan
penting dalam etnomatematika.
Apakah perbedaan perangkat pembelajaran (RPP dan
LKS) yang berbasis ethnomatematika dan yang bukan?
Label:
Ethnomathematics,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Rabu, 18 Februari 2015
Refleksi Kuliah Pertama Ethnomathematics
Oleh Tita Ayu Kartika (12301241024)
Dosen: Prof. Dr. Marsigit, M.A
Rabu, 11 Februari 2015
Terdapat berbagai sumber belajar pada mata kuliah
Ethnomathematics, yakni blog http://powermathematics.blogspot.com,
https://uny.academia.edu/MarsigitHrd,
http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-marsigit-ma, dan google.com.
Dalam artikel yang berjudul “Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru Matematika” (diposting pada 11 Februari
2015 di http://powermathematics.blogspot.com), dibahas mengenai seorang murid
yang meminta guru matematikanya untuk memberi siswa lebih dari kebiasaan
lamanya. Di dalam kelas kebutuhan
setiap siswa berbeda-beda. Siswa sebaiknya diberi ruang untuk mengembangkan
minat dan bakatnya. Siswa membutuhkan fasilitas yang bervariasi. Guru sebagai
fasilitator di sekolah harus menjadi kreatif dan inovatif. Pembelajaran di
kelas bukan hanya secara directed-teaching,
namun sebaiknya secara less directed-teaching yakni pembelajaran lebih berpusat pada siswa.
Guru dapat mengembangkan berbagai metode dan media yang menarik dan menunjang
proses pembelajaran. Elegi ini memberi motivasi pembaca (saya sebagai calon guru) agar selalu
berbenah diri untuk selalu berkembang dan menjadi fasilitator yang dapat
memenuhi kebutuhan belajar siswa.
Pada
paper berjudul ”Mencari Solusi Mengatasi
Krisis Bangsa Melalui Pendidikan” (diposting di https://uny.academia.edu/MarsigitHrd)
dijelaskan secara rinci berbagai jenis pendidikan di dunia, seperti materialism,
capitalism, hedonism, scientism, dan sebagainya yang
mempengaruhi pendidikan di Indonesia. Ideologi pendidikan di Indonesia sangat
mempengaruhi arah tujuan bangsa ini. Pendidikan mempengaruhi kualitas SDM
(Sumber Daya Manusia) Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community 2015.
Persaingan antar negara ASEAN akan menjadi sangat ketat. Saya setuju dengan
solusi yang diusulkan oleh Prof. Marsigit, yakni pendidikan dengan Politik dan
Ideologi Pendidikan Demokrasi Pancasila, karena dasar pendidikan adalah
demokrasi pancasila yang sesuai dengan karakter bangsa, serta merupakan
cerminan nilai dan norma yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia.
Pada
paper berjudul “Mathematical Thinking Across Multilateral Cultures”
(diposting di http://staff.uny.ac.id/dosen/prof-dr-marsigit-ma), dipaparkan
bahwa pemikiran matematika bagi matematikawan di berbagai penjuru dunia dengan
latar budaya yang berbeda. Konteks yang dibahas meliputi budaya Australia,
Inggris, Taiwan, Jepang, Singapura, Malaysia, dan Indonesia. Perbedaan ini yang
menjadikan setiap bangsa memiliki karakteristik pendidikan. Meskipun berbeda,
pada dasarnya matematika bersifat universal, maka dibutuhkan komunikasi dan sharing
ide mengenai matematika, baik skala regional maupun internasional.
Terdapat
berbagai informasi setelah mengetikkan nama Prof. Dr. Marsigit, M.A pada
google.com, salah satunya adalah pidato pengukuhan Prof. Marsigit sebagai guru
besar UNY ke-119. Pidato berjudul
“Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika” itu dibacakan di hadapan
rapat terbuka Senat UNY di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY, Kamis, 18 April 2013. Matematika dianggap sebagai salah satu dari sekian banyak ilmu dasar, dianggap berperan
besar dalam pengembangan teknologi dan peradaban. untuk dapat mengimplementasikan pendidikan
karakter dalam pembelajaran matematika diperlukan pemahaman tentang makna
karakter, karakter bangsa, matematika dan pembelajaran matematika pada berbagai
dimensi. Pendidikan karakter dalam pembelajaran matematika dapat dilaksanakan
dengan mengembangkan komunikasi material, komunikasi formal, komunikasi
normatif, dan komunikasi spiritual.
Label:
Ethnomathematics,
Matematika,
Materi Kuliah,
Pendidikan,
Refleksi
Langganan:
Postingan (Atom)